Sabda beliau “engkau telah bertanya tentang perkara yang besar,
dan sesungguhnya itu adalah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah
ta’ala”, maksudnya bagi orang yang diberi taufiq oleh Allah kemudian diberi
petunjuk untuk beribadah kepada-Nya dengan menjalankan agama secara benar, yaitu
menyembah kepada Allah tanpa sedikit pun menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Kemudian sabda beliau “mengerjakan shalat”, yaitu melaksanakannya dengan
cara dan keadaan paling sempurna. Kemudian beliau menyebutkan syari’at-syari’at
Islam yang lain, seperti zakat, puasa dan haji.
Kemudian sabda beliau
“inginkah kuberi petunjuk kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah
perisai”, maksudnya adalah selain puasa Ramadhan, karena puasa yang wajib telah
diterangkan sebelumnya. Jadi, maksudnya ialah banyak berpuasa sunnat. Perisai
maksudnya ialah puasa itu menjadi tirai dan penjaga dirimu dari siksa
neraka.
Kemudian sabda beliau “shadaqah itu menghapuskan kesalahan”.
Maksud shadaqah di sini adalah zakat.
Sabda beliau “shalat seseorang di
tengah malam”.
Kemudian beliau membaca ayat :
“Lambung mereka jauh
dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan rasa takut
dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada
mereka. Maka suatu jiwa tidak dapat mengetahui apa yang dirahasiakan untuk
mereka, yaitu balasan yang menyejukkan mata, sebagai ganjaran dari amal yang
telah mereka lakukan”.
(QS. As Sajadah 32 : 16-17)
maksudnya orang
yang shalat tengah malam, dia mengorbankan kenikmatan tidurnya dan lebih
mengutamakan shalat karena semata-mata mengharapkan pahala dari Tuhannya,
seperti tersebut pada firman-Nya : “Maka suatu jiwa tidak dapat mengetahui apa
yang dirahasiakan untuk mereka, yaitu balasan yang menyejukkan mata, sebagai
ganjaran dari amal yang telah mereka lakukan”. Dalam beberapa riwayat disebutkan
bahwa Allah sangat membanggakan orang-orang yang melakukan shalat malam di saat
gelap dengan firman-Nya dalam sebuah Hadits Qudsi : “Lihatlah hamba-hamba-Ku
ini. Mereka berdiri shalat di gelap malam saat tidak ada siapa pun melihatnya
selain Aku. Aku persaksikan kepada kamu sekalian (para malaikat) sungguh Aku
sediakan untuk mereka negeri kehormatan-Ku”.
Sabda beliau : “Maukah
kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku : “Ya, wahai
Rasulullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah ini”. Aku
bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang
kami katakan?” Maka beliau bersabda : “Semoga engkau selamat. Adakah yang
menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang
hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah mereka?” Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam mengumpamakan perkara ini dengan unta jantan dan Islam dengan
kepala unta, sedangkan hewan tidak akan hidup tanpa kepala.
Kemudian
sabda beliau “tiang-tiangnya adalah shalat”. Tiang suatu bangunan adalah alat
penyangga yang menegakkan bangunan tersebut, karena bangunan tidak akan dapat
berdiri tegak tanpa tiang.
Sabdanya “puncaknya adalah jihad”, artinya
jihad itu tidak tertandingi oleh amal-amal lainnya, sebagaimana diriwayatkan
oleh Abu Hurairah. Ia berkata bahwa ada seseorang lelaki datang kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu berkata :
“Tunjukkan kepadaku
amal yang sepadan dengan jihad”. Sabda beliau : “Tidak aku temukan”. Kemudian
sabda beliau : “Adakah engkau sanggup masuk ke dalam masjid, lalu kamu melakukan
shalat Lail tanpa henti dan puasa tanpa berbuka selama seorang mujahid pergi
(berperang)?” Orang itu menjawab : “Siapa yang sanggup berbuat
begitu!”
Sabdanya : “maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua
perkara itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan
bersabda : “Jagalah ini”, maksudnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
menggalakkan dia pertama kali untuk berjihad melawan orang kafir, kemudian
dialihkan kepada jihad yang lebih besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu, menahan
perkataan yang menyakitkan atau menimbulkan kerusakan karena sebagian besar
manusia masuk neraka karena lidahnya.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam : “Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan
mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain
ucapan lidah mereka?” Penjelasannya telah ada pada Hadits riwayat Bukhari dan
Muslim yang berbunyi :
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat
hendaklah ia berkata baik atau diam”.
Demikian juga pada Hadits lain
disebutkan :
“Barang siapa memberi jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang
ada di antara kedua bibirnya dan apa yang ada di antara kedua pahanya, maka aku
jamin dia masuk surga”
|